Sabtu, 17 Desember 2016

Beberapa

Beberapa

Beberapa
Tidak semua, tapi juga tak sendirian
Seperti ini:

Pada beberapa kesempatan
Aku begitu membencimu
Pada beberapa alasan
Bertahanku padamu tak pernah runtuh

Lalu, pada beberapa yang mana
Kamu menyanjungku utuh?
Pada beberapa yang mana
Aku ada dalam pikiranmu?
Pada beberapa yang mana
Aku dan kamu, tak akan berpikir jemu?

Kpj, 8 Nov 16

Minggu, 11 Desember 2016

#4 Aku Ingin Begini

Entah akan sampai kemana, sampai berapa lama, aku ingin menjalani bersamamu seperti ini. Entah siapa yang terlebih dulu akan bosan, siapa yang duluan akan lelah, aku ingin menghadapi ini hingga saat itu tiba.

Sayang, aku hanya sayang. Aku hanya seringkali sulit berpikir logis. Hingga mungkin kamu merasa jenuh lebih cepat.

Sayang, aku hanya takut. Tak ingin kehilangan seperti yang lalu. Bukan karena aku belum benar-benar lupa, hanya saja kenangan buruk selalu sulit untuk diusirkan.

Sayang, aku hanya ingin menjadikanmu yang pertama sekaligus yang terakhir. Yang pertama tau tentang kondisi hatiku. Yang terakhir menjadi tempat hati kutaruh.

Sayang, jangan sakit. Jangan bosan. Jangan lelah. Karna aku masih ingin mengusikmu untuk waktu yang lama.

Loveyou.

Tertanda,
Kekasihmu.

Senin, 16 Mei 2016

Lampu Sorot

Sejujurnya aku sudah lupa bagaimana caranya mencari
Sejak kau ijinkan untukku merebah pada bahu kiri
Sejak kau sisipkan damai lewat jemari
Sejak kau sediakan mata pada senja petang hari
Sejak kau sediakan bahu tuk menampung air dari kelopak yang tak tau diri.

Mungkin hujan lupa bagaimana menunjuk arah pada sang malam
Hingga menyesatkan jalan bagi yang tengah kelimpungan
Namun kau adalah sebaik-baiknya lampu sorot yang takkan tenggelam
Dalam lelap malam kala mimpi-mimpi sedang kelayapan.

Aku adalah si gelandangan yang kesepian
Tersesat pada setiap tikungan yang semakin dalam
Namun (sekali lagi) kau adalah sebaik-baiknya lampu sorot yang takkan tenggelam
Menemukan jalan bagi sesiapa yang hilang.

Hingga pada akhirnya, kau merupa rumah yang paling siap untuk direbah.
Yang paling tegap untuk didekap.
Yang paling cukup untuk dikecup.

Karna kau adalah senja, bianglala, hujan, bau tanah, buku, lampu sorot, rumah
Yang kesemuanya adalah satu-satu yang kusukai hingga larut.

Kamu. Seseorang yang kusukai hingga larut.

Utuh. Dan seluruh.

Teruntuk Aim,
pada malam setelah perbincangan yang (tiba-tiba) serius.

- Khvtam '16 -

Selasa, 22 Maret 2016

Serpih

Acap kali aku dibuatnya mengalah, pada hati yang kupaksa tabah.
Hingga resah perlahan-lahan melemah.
Mungkin inilah yang dikatakan salah,
namun hatiku selalu saja dibuatnya ingin rebah. Mengalahkan segala amarah yang membuncak resah.

Sayangku mungkin inilah kesalahanku, terlalu mencintaimu dalam. Hingga kadang aku dihajar rindu hingga lebam.
Sendirian.
Sedangkan kau?
Ah, entahlah. Mungkin tengah duduk berpangku tangan, menatap buku-buku yang menumpuk ricuh di dalam kamar.

Sayangku,
aku hanya sedang tak ingin beradu argumen
Sedang tak ingin saling menunjukkan otot
Sedang tak ingin berurai airmata

Dalam satu persatu serpih hati yang menyatu, derai doa selalu tertuju padamu
Selalu
Rindu yang ganjil hanya akan menggenap
Jika kamu melakukan hal yang sama

Tapi tak apa sayangku, pabila rindumu kaku
Aku masih setia disini menunggu
Dalam serentetan malam yang ambigu