Sejujurnya aku sudah lupa bagaimana caranya mencari
Sejak kau ijinkan untukku merebah pada bahu kiri
Sejak kau sisipkan damai lewat jemari
Sejak kau sediakan mata pada senja petang hari
Sejak kau sediakan bahu tuk menampung air dari kelopak yang tak tau diri.
Mungkin hujan lupa bagaimana menunjuk arah pada sang malam
Hingga menyesatkan jalan bagi yang tengah kelimpungan
Namun kau adalah sebaik-baiknya lampu sorot yang takkan tenggelam
Dalam lelap malam kala mimpi-mimpi sedang kelayapan.
Aku adalah si gelandangan yang kesepian
Tersesat pada setiap tikungan yang semakin dalam
Namun (sekali lagi) kau adalah sebaik-baiknya lampu sorot yang takkan tenggelam
Menemukan jalan bagi sesiapa yang hilang.
Hingga pada akhirnya, kau merupa rumah yang paling siap untuk direbah.
Yang paling tegap untuk didekap.
Yang paling cukup untuk dikecup.
Karna kau adalah senja, bianglala, hujan, bau tanah, buku, lampu sorot, rumah
Yang kesemuanya adalah satu-satu yang kusukai hingga larut.
Kamu. Seseorang yang kusukai hingga larut.
Utuh. Dan seluruh.
Teruntuk Aim,
pada malam setelah perbincangan yang (tiba-tiba) serius.
- Khvtam '16 -